Rabu, 03 Desember 2014

Dreamland, 1 Desember 2014

Bersama ombak aku ceritakan semua kisah ku..
Termegun di pasir putih berbisik tentang isi hatiku
Bersama angin pantai aku akan lalui dihari itu..
Gerimis yang berjatuhan menambah suasana semakin bergejolak..
Bersamaan sekitika menetes dipipiku...
Entah berapa kali aku terjatuh dan dihempaskan..
Aku tetap tersenyum meski semuanya menjauh..
Bukan berlari aku untuk menghindar..
Aku hanya ingin memastikan..
Cukup kah aku mengerti dan memahami dengan semuanya..
Aku percaya semua yang telah ku lalui akan menjadi indah..
Rasa salah yang terus menghantui..
Sepertinya tak cukup untuk kata maaf..
Hanya waktu yang akan membutikannya..
Meski mereka memandang berbeda..
Terima Kasih pernah ada dalam perjalan hidup ku..




Bali.. Dreamland 1 Desember 2014
.nengnieq.

Sabtu, 15 November 2014

~Ibu adalah guru terbaik~

Terlahir menjadi seorang wanita adalah anugerah yang paling terindah. Bukan hanya bicara parasnya yang cantik ataupun feminim. Wanita adalah makhluk yang lembut dan perasa. Karena itu wanita selalu bisa memberikan kehangatan dalam keluarganya. Kekuatan yang dimiliki oleh seorang wanita adalah power yang paling super. Wanita bisa menyembunyikan ketika merasakan kecewa ataupun tersakiti. Bukan berarti wanita lemah tetapi dibalik itu semua ada sebuah kesabaran dan keikhlasannya.
Mulai saja..
Wanita yang aku sangat cintai adalah 'Ibuku' tak ada yang mengganti apapaun cintaku terhadap ibuku. Walau sifatnya hanya sementara ku miliki dan terkadang aku tak bisa menunjukkan rasa yang aku miliki kepada ibu, kalau “aku sangat mencintainya”. Bila diberi kesempatan untuk membahagiakan hingga ibu menghebuskan nafasnya itulah kebahagiaan yang tak ternilai dengan apapun (semoga ya Allah). Aku seseorang anak memang tak pernah bisa dan tak akan bisa mengganti apapun dengan pengorbanan mu kepadaku. Kau membesarkan ku dan kakak-kakakku seorang diri walau tak lama kau jalani menjadi singgle parents. Tetap saja kau wanita yang tak pernah lelah untuk berkorban demi anakmu, setelah Ayah meninggalkan kita semua. Mungkin itu memang takdir yang tak pernah kita ketahui. Kadang aku berfikir andai saja aku diposisi mu, mungkin belum tentu aku bisa jalani hidup ni. Tak pernah menyesal aku dengan keadaan yang merubah nasibmu, walau keputusan ibu untuk menikah lagi tanpa persetujuan anak-anakmu. Terlalu belia mungkin aku dengan keadaan dulu seperti apa. Aku hanya bisa mendegar cerita, walau aku ikut peran dalam kenyataan sebenarnya. Aku sangat mengerti menagapa dulu kau ambil keputusan itu, hanya untuk kebaikan anak-anakmu.


Ketika keadaanya sudah berubah dan sebuah tanggung jawab yang besar dalam hidup kau untuk menghantarkan anak-anakmu hingga mempunyai pendamping dan kehidupan baru. Dan disini aku tersadarkan akan satu hal. Kebahagiaanmu terpancar dari matamu walau kenyataanya dihari kebahagiaan itu menjadi haru, haru karena akhirnya tugas mu merawat dan mendidik anakmu telah selesai tapi ada kesedihan dalam hatimu.
Dari sebelum matahari terbit hingga matahari terbenam selalu saja disibukkan dengan aktifitas setiap harinya. Tak ada pilahan menjadi wanita karir ataupun menjadi ibu rumah tangga. Ia lakukan keduanya secara seimbang. Menurutnya menjadi seorang ibu rumah tangga itu adalah sebuah tugas yang dicintainya bukan hanya sekedar mengurus  rumah, anak dan suami. Tugas menjadi ibu rumah tangga itu mulia dan jasa yang tak pernah bisa terbayarkan atau tak mengenal waktu tetapi ia lakukan dengan ketulusan dan keikhlasan. Ketika merasa letih ia berusaha untuk tetap tersenyum. Senyuman selalu bisa menguatkan anak-anaknya. Ia terlalu amat tangguh, bagaimana tidak untuk membesarkan ke enam anaknya dengan kedua tangannya sendiri. Tanpa jasa seorang pembantu rumah tangga.
 Dari pukul 03.00 WIB sekiranya ayam pun belum berkok-kok ia sudah membuka matanya. Sebelum ibu melakukan aktifitas bisanya ibu menghadap ke sang Khalik sampai adzan subuh tiba dan selalu ditutup dengan ayat  suci AL-Quran dan bergegas ke dapur untuk menyajikan masakan untuk sarapan pagi. Ia menyiapkan sarapan untuk keluarga tercintanya yang padahal ia juga harus menyiapkan diri untuk mengajar. Kegiatan setiap pagi memang selalu sibuk dengan yang namanya berangkat sekolah, kuliah ataupun kerja tetapi ibu selalu menyempatkan membuat sarapan pagi agar anak-anak dan suaminya sarapan dirumah dan bisannya ibu menyiapkan bekal nasi untuk makan siang untuk anak-anknya. Ibu sangat memperhatikan sekali asupan anka-anaknya untuk tidak jajan sembarangan diluar karena makanan dirumah sudah terjamin kebersihannya dan rasanya juga pasti dijamin enak J (masakan ibu memang paling juara!).
Setelah ibu selesai menyiapkan semuanya, ibu merapihkan diri untuk berangkat mengajar. Ibu adalah seorang guru di sekolah menengah pertama, ibu sebagai pengejar guru IPS. Sudah sekitar 30 tahun ibu mengabdi sebagai seorang pengajar. Dari statusnya honor sampai menjadi Pegawai Negeri Sipil ibu lalui.
 Pukul 06.30 WIB sudah berangkat dari rumah menuju ke sekolah. Ibu mencintai profesinya sebagai pengajar cita-citanya memang menjadi seorang pengejar. Ketika harus mengurus rumah ia juga harus mengurus anak-anak muridnya disekolah. Ibu terkenal sebagai sosok guru yang judes mungkin dari tampang mukanya yang terlihat jutek tetapi diluar itu semua ibu banyak digemari karena ibu yang selalu bisa mendidik dengan cara tegas tanpa harus memarahi anak-anak muridnya. Cara mengajarnya dan penyampaian materi-materi yang diberikan oleh ibu cukup menarik tidak membosankan, “pengakuan dari murid-muridnya yang diajar oleh ibu”. Bahkan ketika anak muridnya mendapatkan nilai terjelek pun ibu mau membantunya untuk memberikan motivasi atau memberikan solusi untuk memperbaiki nilai muridnya.
Pukul 13.00 WIB ibu sudah dirumah, bisanya ibu setelah pulang mengejar yang dilakukan ialah tidur siang. Merebakan dan isirahat sejenak agar terlihat fres kembali. Setelah itu mengerjakan tugas rumah kembali pada tugas sebagai ibu rumah tangga. Terkadang sampai malam pun ibu masih mengerjakan tugasnya. Sungguh tanpa letih ibu lakukan itu semua setiap harinya. Terkadang aku berfikir ketika aku harus menjadi posisi ibu itu tak mudah. Karena membagi waktu antara mengurus rumah tangga dan karir itu tak semudah apa yang dibayangkan. Tetapi ibu bisa melakukannya dengan baik. Tanpa harus mengeluh dan merasa beban menjalaninya. Karena untuk membagi itu semua diperlukan pengorbanan yang luar biasa.  
Perjuangan ibu untuk membesarkan enam orang anak sungguh sangat luar biasa. Ibu bisa mensekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinnggi. Bayangkan ketika ketiga anaknya sudah lulus dari perguruan tinggi sampai akhirnya mendapatkan gelar sarjana. Ibu hanya ingin anak-anaknya berhasil dan harus lebik baik darinya. Ketika ketiga anaknya mendapatkan gelar sarjana, sungguh kebahagian yang tak terbayar. Bagaimana tidak, ibu yang hanya seorang PNS (guru) bisa mensekolahkan anaknya di perguruan tinggi swasta yang ternama di Jakarta. Biaya yang tak sedikit ibu keluarkan tapi ibu lakukan itu semua untuk anak-anaknya. Ibu orangnya sangat kerja keras, tak pantang menyerah, sabar dan tak pernah mengeluh.
Ibu berjuang demi anak-anak nya untuk masa depan yang lebih baik. Mempunyai enam orang anak dengan karakter yang berbeda bukanlah tugas yang mudah. Kadang untuk memahami dan mengerti karakter masing-masing anak itu tak mudah. Dari pernikahan terdahalu ibu mempunyai tiga orang anak dan dari suami yang sekarang ibu mempunyai tiga orang anak. Ibu tak pernah membeda-bedakan kami. Ibu selalu bersikap adil dan apapun itu selalu dibagi rata. Kenyataannya ketika aku dan kakak-kakak ku sudah  lulus dari perguruan tinggi swasta dan adik ku di tempat kan yang sama di perguruan tinggi swasta ternama di Jakarta. Karena dari anaknya tidak ada yang lolos di perguruan tinggi Negeri, jadi ibu memutukan ditempatkan yang sama.
Ibu dengan usianya yang sudah tak muda lagi ia pun masih ingin belajar dibangku perkuliahan. Keinginannya untuk menuruskan pendidikannya kejenjang yang lebih baik pun ia niati. Ibu hanya lulusan diploma dari perguruan tinggi Negeri Jakarta. Niat ibu untuk menuruskan pendidikannya sempat goyah karena waktu yang ia punya akan dibagi banyak lagi. Namun karena dukungan dari seorang suami yang selalu mendukung dan ke enam orang anaknya yang memberikan semangat akhirnya ibu menuruskan pendidikannya disalah satu perguruan tinggi di Bandung. Ibu ambil kuliah dihari libur mengajar agar tidak terganggu anatara mengajar dan kuliahnya. Makanya ibu ambil di hari sabtu dan minggu. Waktu untuk di keluarga memang jadi berkurang, tetapi ibu tetap memberikan perhatiannya kepada anak-anaknya. Bagaimana caranya ibu tak pernah meninngalkan tugas sebagai seorang istri ataupun sebagai ibu untuk anak-anaknya.
Latar belakang ibu ialah dari keluarga yang berpendidikan dan tak jauh dengan dunia pendidikan. Maka separuh hidupnya adalah untuk dunia pendidikan. Itu juga yang menjadi alasan untuk meneruskan pendidikannya. Ibu tak hanya ingin berhenti di situ saja, bukan gelar yang ibu cari tetapi ilmunya,  Ibu berkata, “ ilmu itu akan terpakai kapan saja bahkan sekalipun ibu sudah taka ada didunia, ilmu yang ibu dapatkan selalu ingin membaginya kepada siapa saja, jadi pintar itu tidak untuk diri sendiri nak, tetapi untuk memintarkan yang lainnya agar bermanfaat untuk masa depan yang lebih baik seperti kasih sayang seorang ibu kepada anaknya tak akan lekang oleh waktu dan akan sepanjang masa begitu juga sama halnya dengan ilmu”.
Akhirnya ibu mendapatkan gelar sarjana pendidikan. Yang dirasakan oleh ibu itu aku rasakan. Bagaimana tiga tahun ibu harus berjuang untuk menuntut ilmu dengan seusianya. Bapak, kakak-kakak, adik-adik dan aku merasa senang dan bangga dengan ibu. Ibu bagai pelita hidup kami. Buat aku ia bukan sosok seorang guru di sekolahnya tetapi guru terbaik kami di rumah. Yang selalu bisa mengajarkan dan memberikan contoh yang baik.
“Ibu hanya ingin anak-anak ibu berhasil, bukan untuk ibu tetapi untuk kamu, berhasil bukan harus menjadi orang besar, tetapi berhasil untuk kamu bisa jadi diri kamu sendiri, jujur dalam segala hal dan bertanggung jawab. Karena semua yang kamu lakukan hari ini adalah cerminan kamu di esok hari. Semua itu memang sudah ada yang mengatur rezeki, maut, dan jodoh, tetapi selama kita masih diberi akal sehat dan kita sempurna diciptakan manfaatkan lah sebaik mungkin dan jangan lupa selalu berdoa dan berusaha sebab akan dipertanggung jawabkan di akhirat nanti nak”. Itu kata-kata yang selalu ibu ucapkan kepada anak-anaknya.
Mungkin merasakan sebagai orang tua aku belum pernah merasakannya. Tetapi ketika bila menjadi ibu ku mungkin aku belum tentu bisa seperti beliau. Yang harus mengurus segalanya sendiri. Keluarga buatnya adalah diatas segalanya bahkan ia bisa merasakan apa yang dirasakan anak-anaknya. Ketika harus menghadapi anak-anaknya yang terkadang tidak bisa diatur dan mengahadapi murid-muridnya disekolah yang mungkin lebih susah dari anaknya sendiri. Terkadang harus bisa menjadi teman agar bisa mendegarkan curahan isi hati anak-anaknya.
Memutuskan antara karir atau ibu rumah tangga buat aku sama beratnya. Jangan menganggap pekerjaan ibu rumah tangga itu gampang karena untuk tugas menjadi ibu rumah tangga itu tak mengenal waktu. Harus memikirkan hari ini masak apa, dan besok apa? Belum lagi ketika harus meanghadapi anak-ankanya sakit pasti pusat perhatiannya akan lebih, melayani suami dan harus merapihkan pekerjaan rumah. Mungkin kebanyakan wanita karir dibantu dengan jasa pekerja rumah tangga. Tetapi aku salut ibu tidak memakai jasa pekerja rumah tangga ia mengatakan “bukan ibu tak mampu memabayarnya tetapi ibu masih sanggup mengerjakan meskipun ibu juga bekerja, agar anak-anak ibu tidak malas yang harus mengadalkan pekerja rumah tangga, biar kamu juga merasakan bagaimana jadi ibu yang baik kelak ketika anak-anak ibu berumah tangga. Karena tak mudah menjadi orang tua. Yang terkadang mungkin saja ibu sudah memberikan yang terbaik buat anaknnya tetapi menurut ibu belum tentu. Ibu mengatakan “ibu belum bisa kasih yang terbaik”. Itulah bagaimana beratnya menjadi orangtua bukan sekedar untuk tanggung jawab meskipun ia sudah memperjuangkan dan bahkan mengorbakan dirinya hanya untuk “terbaik”. Mengandung dari 0-9 bulan dan saat melahirkan hidup dan mati ia pertaruhkan. Merawat dan menjaga dengan penuh kasih sayang. Bahkan seorang ibu baru mengandung saja ia sudah memikirkan bagaimana masa depannya. Terkadang sebagai anak aku malu, malu ketika marah terhadap ibu tetapi ibu selalu bisa memaafkannya, malu ketika harus berfikir terkadang ibu tak adil, malu ketika ibu berjuang demi anak-anaknya sedangkan kami memanfaatkan fasilitas yang diberikannya. Padahal semua yang diberikan kepada kami kau tak pernah mengharapkan balas dan rasa kasih sayang yang begitu tulus yang kau berikan kepada kami bagaikan udara yang tak pernah habis.

“Setiap senyuman mu bagai embun yang selalu menyejukkan hati
Setiap pelukakan mu bagai matahari yang selalu memberikan kehangatan
Setiap pengorbanan mu seperti hujan yang tak terhitung
Setiap kasih sayang dan cinta mu yang tak pernah lekang oleh waktu
Setiap disujud mu  ada sebuah doa dan harapan
Kau peri dalam hidup kami, ibu..
Kau pahlawan kami, ibu..
Kau inspirasi kami, ibu..
Kau belahan jiwa kami, ibu..
Maafkan kami yang tak pernah bisa membalas semua yang telah kau berikan kepada kami
Kami berusaha menjadi penurus mu dan mendoakan mu, ibu..
Terimakasih mungkin kata itu tak pernah cukup untuk mu, ibu..
Kami bangga dan kami sangat bersyukur karena engkaulah pertama dan panutan terbaik bagi kami.
Dan rumah adalah tempat terbaik untuk belajar pelajaran hidup. "
Love u ibu.. :*


                                                                                                Tangerang, 30012014
                                                                                                            .nunik.

*Based on true story.