Selasa, 24 Mei 2011

FORGIVE ME

Lelaki yang aku cintai didunia ini hanyalah 'Ayah' walau ada lelaki dihatiku selain Ayahku dia menjadi yang kedua dalam hidupku. Dan Wanita yang aku sangat cintai adalah 'Ibuku' tak ada yang mengganti apapaun cintaku terhadap ibuku. Walau sifatnya hanya sementara ku miliki dan terkadang aku tak bisa menunjukkan rasa yang aku miliki kepada ibunda, kalau AKU SANGAT MENCINTAINYA. Bila diberi kesempatan untuk membahagiakan hingga IBU menghebuskan nafasnya itulah KEBAHIGIAAN yang ternilai dengan apapun (semoga ya Allah). Aku seseorang anak memang tak pernah bisa dan tak akan bisa mengganti apapun pengorbanan mu kepadaku. Kau membesarkan ku dan kakak-kakakku seorang diri walau tak lama kau jalani menjadi singgle parents. Tetap saja kau wanita yang tak pernah lelah untuk berkorban demi anakmu, setelah Ayah meninggalkan kita semua. Mungkin itu memang takdir yang tak pernah kita ketahui. Kadang aku berfikir andai saja aku diposisi mu, mungkin belum tentu aku bisa jalani hidup ni. Tak pernah menyesal aku dengan keadaan yang merubah nasibmu, walau keputusan mu untuk menikah lagi tanpa persetujuan anak-anakmu. Terlalu belia mungkin aku dengan keadaan dulu seperti apa. Aku hanya bisa mendegar cerita, walau aku ikut peran dalam kenyataan sebenarnya. Aku sangat mengerti menagapa dulu kau ambil keputusan itu, itu hanya untuk kebaikan anak-anakmu. 

Ketika keadaanya sudah berubah dan sebuah tanggung jawab yang besar dalam hidup kau untuk menghantarkan anak-anakmu hingga mempunyai pendamping dan kehidupan baru. Dan disini aku tersadarkan akan satu hal. Kebahagiaanmu terpancar dari matamu walau kenyataanya dihari kebahagiaan itu menjadi haru, haru karena akhirnya tugas mu merawat dan mendidik anakmu telah selesai tapi ada kesedihan dalam hatimu. Yang seharusnya duduk berdampingan dengan kakak ku disebelah penghulu adalah 'Ayahku' tetapi memang itu seharusnya dengan kenyataan posisi itu digantikan dengan aa. Isak tangisku yang tak bisa ku bendung juga, aku tak kuasa tak bisa menitikan air mata ini yang terlanjur membasahi pipiku yang sudah terpoles dengan rias.

Kami memang selalu mengecewakanmu dan menyakitimu. Tak terhitung kesalahan kami hingga kau kadang merintih dalam hatimu saja. Kau memang menaruh harapan kepada ketiga anakmu ini, dan kau pernah berkata "cuma kamu satu-satunya yang ibu harapkan, yang lain dah gak mau dengerin ibu". Sebuah pesan yang singkat tetapi beban aku jalani. Walau pertemuan aku dengan ibu jarang tetapi ibu selalu mengungkapkan hatinya hanya padaku, entah apa yang menjadi alasanya untuk lebih berbagi denganku. Menjadi beban karena diberi tanggung jawab dan kepercayaan yang begitu amat besar. Aku tak sanggup harus  seperti apa yang ibu harapkan, selalu bertentangan apa yang aku inginkan. Memang tak akan pernah sama kenginan ibu dan keinginan ku. Mengalah adalah jawabanya, mengalah dari kenginanku dan mengalah dari kakak-kakak ku. Mungkin karena aku anak terakhir dari pernikahan dulu jadi apap-apa yang tidak menjadi tersampaikan keinginan ibuku dan aku yang selalu menjadi sasarannya. Jadi keputusan apapun yang berkaitan dengan ku, ibuku selalu ikut campur dalam urusan apapun. Aku merasakanketidak adilan, aku seabagai seorang anak punya hak untuk memilih, kadang aku marah, kesel, dan apa daya aku belum bisa memberontak. Dan pada saatnya aku punya kebenarian suara untuk apa yang menjadi kemarahanku dan kekesalanku aku ungkapkan. Dan akhirnya ibu pun mengerti, namun tak sampai situ saja. Dan tanggung jawab dan kepercayaan itu masih berlaku walau ibu sudah menyerahkan urasanku menjadi urusanku. Kakak-kakak ku itu kadang tak terima karena kedekatan kami, karena menurut mereka aku selalu dibanggakan dan aku selalu dituruti keingninanya. Geram rasanya yang selalu jadi topik pembahasan apa-apa selalu aku yang disebut-sebut permasalahanya. Sewaktu ketika aku mengungkapkan isi hatiku. Aku tak perlu banyak bicara apa yang sebenarnya ibu mau kepada mereka, dan akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkan rumah namun dengan  seizin kedua orangtua ku. Itu menghindar konflik-konflik yang terjadi dan alasannya yah bukan itu saja sebenarnya. Karena sekolahku yang jauh dari rumah dan berangkat gelap pulang juga gelap. Awalnya ibu tak setuju dengan keputusanku, tetapi karena alasanku kuat jadi dengan terpaksa akhirnya ibu pun setuju.


Terbiasa dengan dipendam apapun masalah yang aku hadapi, kadang aku tak bisa cara melampiaskan semua yang ada dibatinku selain menagisi karena tak kuat menanggungnya sendiri. Karena aku bukan orang yang mudah percaya dengan orang lain. Aku beruntung dipedrtemukan oleh teman-teman dan sahabat yang bisa merubah cara berfikir aku lebih terbuka dan aku menjadi lebih dewasa dengan persoalan yang aku hadapi. Aku sebenarnya tidak menginkan ini, rasanya kedekatant aku dengan ibu itu baru awal rasanya. Aku memang dari kecil jarang dirawat sama ibuku sendiri, hanya dengan pembantu, tetangga, atau om dan tanteku. Sebenarnya kalau aku mau perhitungan dengan kakak-kakakku bisa saja, dari kecil namanya kasih sayang hanya dibayar dengan materi yang tak pernah ku rasakan dengan kasih sayang tulus. Akhirnya karena aku cenderung anak yang pendiam yang selalu bisa menutupi kesediahan. Ketika aku benar-benar mendapatkan kasing sayang yang begitu amat besar dari seseorang samapai-sampai aku mengorbankan kepercayaan dan tanggung jawab yang ibu beri hilang dengan kekecewaan yang amat besar karena kesalahanku yang tak bisa dimaafkan. 

Aku dulu berjanji ingin memenuhui keinginannya menjadi yang ibu mau justru aku yang selalu dibanggakan dan selalu  dituruti kenginanya, dan kini menghancurkan hati ibu lebih dari kakak-kakakku yang mengcewakanya. Aku memang bukan anak yang bisa membanggakan mu ibu, aku menghancurkan semuanya yang kau inginkan. Justru yang terlihat alim tetapi tenyata aku lah yang terlihat durhaka. Kesalahan-salahan kakak-kakakku mungkin masih dimaafkan tetapi tidak aku. Sujud dikakimu memang tak bisa menyembuhkan luka dihatimu mungkin sampai kapanpun dan aku merasa tak berguna sebagai seoarang anak, kau yang selalu berkorban dan sampai darah penghabisan untukku pun mungkin kau lakukan dan aku merasakan betapa bersalahnya kau menjadi seorang ibu untuk mempertanggung jawabkan ini sebagai seorang ibu dan sekaligus seoarang bapak. 


"Ayah dengarkan lah aku ingin bertemu walau hanya dalam mimpi"

Ingin aku membelai wajah mu..
Tapi tak bisa..
Ingin ku mendekap tubuh mu dan mencium mu..
Tapi itu tak mungkin..
Ingin rasanya saat memakai jubah dan toga datas kepala ku kau menetaskan air mata karena bangga dg peri kecilmu..
Ingin rasanya saat aku mengenakan kebaya putih kau ada menemani di sampingku saat terakhir kau melapas peri kecilmu..
Tapi ini semua hanya harapan..
Maafkan aku ayahnda yg telah melukai perasaan mu..
Yang tak bisa menjaga perasaan ibu..
Aku bukan peri kecil mu seperti 20th yg lalu..
Akan ku tebus semua keselahan ku..
Tak akan ku ikuti inginku..
Tapi akan ku raih ingin mu..

Doa ku akan selalu ku kirim lewat pesan di setiap sujudku..
                                                                                                 29 JUNI 2009 



 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar